Gema teknologi nano sebagai teknologi di masa depan telah menyedot perhatian yang luar biasa, terutama bagi dunia peneliti. Dari segi bahasa, istilah "nano" diambil dari ukuran suatu benda/material dalam skala nanometer. Satu nanometer sama dengan sepermiliar meter. Jadi, teknologi nano berarti sebuah rekayasa teknologi material dengan ketelitian ukurannya sampai pada skala nanometer.
Teknologi nano telah diyakini akan menjadi teknologi terobosan untuk kemajuan berbagai bidang, yaitu material, elektronika, IT (information technology), energi, lingkungan, bioteknologi, kedokteran dan lain-lain. Potensi besar ini lah yang membuat teknologi nano dikenal sebagai kunci teknologi di abad 21. Kecenderungan ini melonjak terutama sejak dikucurkan dana pengembangan teknologi nano di saat launching National Nanotechnology Initiative (NNI), Amerika oleh presiden Bill Clinton tahun 2001, sebagai tanda bahwa teknologi nano telah menjadi program nasional di Amerika.
Menyusul Amerika, negara-negara lain terutama di Eropa barat (Inggris, Jerman, Perancis dan lain-lain), demikian juga di Asia (Jepang, Korea Selatan, Taiwan, China, Israel dan lain-lain) juga mengeluarkan program yang sama, dan bahkan mereka berlomba-lomba untuk bisa menjadi leader dalam teknologi ini. Sebagai negara yang maju dalam bidang industri, Jepang mempunyai perhatian khusus dalam pengembangan teknologi nano. Tulisan ini memfokuskan perkembangan teknologi nano di Jepang, terutama dari sisi titik berat penelitian dan model bisnis teknologi nano.
Dalam rangka menyambut gaung teknologi nano, pada bulan Juni tahun 2002, pemerintah Jepang melalui kementrian pendidikan, olah raga, sains dan teknologi (monbukagakushou), mengeluarkan sebuah laporan berisi arah penelitian dan pengembangan bidang material dan teknologi nano. Laporan tersebut secara garis besar berisi 3 hal. Pertama, titik berat tema-tema riset di bidang tersebut. Kedua, organisasi training SDM peneliti. Dan ketiga, arah industrilisasi ke depannya. Dalam laporan tersebut, muncul 25 tema besar di antaranya : nano device untuk generasi baru IT, single molecular sensing device, bio-molecular device dengan self-assembled method, soft nano-machine, drug delivery, dan lain-lain. Tema-tema ini akan menjadi perhatian utama dalam pengembangan teknologi nano di Jepang sekarang dan masa depan.
Penelitian teknologi nano di Jepang tidak hanya dilakukan di universitas atau institusi penelitian lainnya, tetapi juga di industri. Perindustrian di Jepang telah menyadari bahwa teknologi nano mempunyai peluang besar masuk ke dalam pasaran bisnis, terutama untuk 10 sampai 20 tahun mendatang. Namun demikian, dalam kenyataannya, industri dengan garapan teknologi nano yang langsung berhubungan dengan bisnis masih belum banyak (sekitar 45 venture bisnis tahun 2003). Hal ini masih kalah dengan Amerika yang telah mempunyai venture teknologi nano dalam jumlah yang lebih banyak, yaitu sekitar 51 venture bisnis tahun 2003. Kondisi di Amerika tersebut disebabkan karena bisnis teknologi nano tidak hanya dilakukan oleh industri, tetapi juga ditunjang oleh venture bisnis universitas sebagai lembaga transfer teknologi dari universitas.
Tiap negara mempunyai model dan arah tersendiri dalam pengembangan bisnis teknologi nano. Jepang sendiri setidaknya mempunyai 3 model yang akan dikembangkan. Pertama, model general trading company, yaitu model kombinasi antara hasil riset dasar dengan komponen teknik produksi. Dengan metode ini, penelitian teknologi nano diharapkan tidak hanya berhenti sebagai hasil riset saja, tetapi juga bisa menghasilkan produk, yang akhirnya bermuara pada bisnis.
Model kedua adalah venture di dalam industri. Dalam dunia industri, penelitian dan pengembangan teknologi mutakhir di Jepang biasanya dilakukan oleh industri-industri besar. Karena itu, mereka mempunyai banyak knowhow tentang teknologi tersebut, terutama untuk penelitian-penelitian dasar. Tetapi, untuk menyambungkan teknologi nano dengan industrilalisasi, tidak cukup dengan kondisi penelitian selama ini. Kecepatan dan manuver khusus diperlukan untuk pengembangan teknologi nano ini. Untuk itu, para industri cenderung memisahkan teknologi nano dari bidang garapan lainnya, dan kemudian mendirikan venture di dalam industri untuk mengakselerasi pengembangan teknologi nano tersebut. Sebagai contoh adalah apa yang dilakukan perusahaan Hitachi dengan mendirikan Mu-solution venture company atau perusahaan Mitsui dengan Carbon Nanotec Research Institute.
Model ketiga adalah pemikiran memasukkan teknologi nano ke dalam restrukturisasi bisnis industri. Akhir-akhir ini, satu kunci penting dalam manajemen industri adalah pemilihan garapan dan konsentrasi. Industri, cenderung untuk memilih bidang garapan tertentu dan berkonsentrasi/fokus di sana agar menjadi yang terbaik di bidang garapannya. Tetapi, pemilihan garapan dan konsentrasi ini belum lah cukup jika tidak diikuti dengan inovasi perluasan bisnis baru. Dalam hal ini, teknologi nano muncul ke permukaan dan semakin bertambah dari waktu ke waktu.
Demikian gambaran global perkembangan teknologi nano di Jepang, yang dari geliatnya kita bisa melihat begitu seriusnya Jepang tidak mau kalah dari negara lain, dan ingin menguasai pasar teknologi nano.
Referensi
1. Nanotech and business by Ishikawa Masamichi, 2003
2. Nanoteku-katsuyogijutsu-no-subete by Kawai Tomoji, 2002.
3. Referensi lain
Dr. Ratno Nuryadi, P3TM BPPT, Postdoctoral fellow bidang Nanotechnology Semiconductor di Shizuoka University Japan, dan Ketua ISTECS Chapter Japan. E-mail : ratno@istecs.org
(http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2005-11-20-Teknologi-Nano-di-Jepang.shtml)
Friday, 8 August 2008
Anonymous
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Ut odio. Nam sed est. Nam a risus et est iaculis adipiscing. Vestibulum ante ipsum faucibus luctus et ultrices.
Follow me @Bloggertheme9
Link
Followers
Translate This Blog
Kontributor
Blog Archive
Popular Posts
-
Mengapa kita membutuhkan sumber energi alternatif? Penggunaan energi alternatif akan memberi perlindungan suatu bangsa pada kenaikan harg...
-
..........MARHABAN YA RAMADHAN......... Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang...
-
Apa itu Tidal Energy? Energi pasang surut (Tidal Energy) merupakan energi yang terbarukan. Prinsip kerja nya sama dengan pembangkit listri...
-
Ilustrasi (foto: feelgizmos.com) WASHINGTON - Microsoft ...
-
Maraknya beredar game online di Indonesia membuat fenomena baru di kalangan penggemar game. Dari yang hidupnya kacau hingga anak sekolah ata...
-
Standar AutoCAD untuk Ukuran kertas dan skala internasional original by kapanpun.com Standar Ukuran Kertas dan Skala Internasional AutoCAD d...
-
JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar robotika dari Universitas Indonesia Dr. Ir. Wahidin Wahab M.Sc. kini tengah mengembangkan robot pemat...
-
15 tips n trick untuk 3ds Max Tips 1. Apakah Anda tahu bahwa " architectural materials " dan "self illuminated...
-
Mencengangkan melihat inovasi teknologi yang ada pada SmartBird yang merupakan burung robot yang bisa terbang dengan gerakan hampir persis ...
-
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah memang masih terbilang baru di Indonesia, namun di negara-negara lain PLTSa tidak asing lagi. Di Indo...
If it's a ten-card, it is turned up, and those gamers who have made the insurance coverage guess win and are paid double the quantity of their half-bet - a 2 to 1 payoff. When a blackjack happens for the supplier, in fact, the hand is over, and the gamers' major bets are collected - unless a participant also has blackjack, by which case it's a stand-off. Insurance is invariably not a great proposition for the participant, unless they're fairly certain that there are an unusually excessive number of ten-cards nonetheless left undealt. If a participant's first two cards are of the 1xbet same denomination, similar to two jacks or two sixes, they might choose to treat them as two separate hands when their flip comes around.
ReplyDelete